Jurnal Pekan 4

Dari saya, saya memparkan hal ini ke mentor saya :
Untuk pendekatan mentorship, dari yang selama ini sudah berjalan saya nyaman dan merasa terbantu. Bida rajin buatin materi dan memantik ide perubahan harus dari mindset dulu, dll.
Memang terkendala kemarin saya nya offline lama sekali ya ketika mulai isoman. ya sekarang juga masih, tapi kalau ga dimulai segera ngobrolnya nanti ga mulai mulai, hehe
saya merasa diberi keleluasaan oleh Bida untuk terbuka terkait kondisi dapur saya 🙈 dan pengelolaannya. Jadi memudahkan untuk mengukur ketercapaian target dibandingkan dengan kondisi saya
tentang waktu pendampingan, pada dasarnya dulu saya sudah menyampaikan bahwa saya bisanya bukan terjadwal, tapi cair. Namun karena pas mulai isoman, cukup hectic, jadi saya nya lama offline.
Kali ini sejujurnya untuk bisa fokus sama urusan dapur, saya dibantu disuplai lauk pauk oleh teman saya, jadi justru ada waktu menata dapur meskipun ga banyak, karena harus ngurus anak anak
Saya belum menyusun daftar prioritas. Ini mau saya tanyakan dulu ke Bida. Sebaiknya kalau mau mulai Kitchen Management, setelah menentukan mindset, harus menata apa dulu ?
Saya memperjelas lagi tujuan mentorship saya, belajar Kitchen Management yang efektif mulai dari meal plan, food preparation, masak yang efisien, sampah anorganik yang terurus dan sustainable. Plus bisa melibatkan anak anak.
Yang mau saya pelajari dari mentorship ini, utamanya adalah belajar cara Bida mengelola dapur sebagaimana Bida biasanya. Bagaimana alurnya, apa yang dibutuhkan, apa yang mempengaruhi dan harus diantisipasi, bagaimana menjaga tetap konsisten.
Pengalaman saya, kalau food preparation itu lama, sering diinterupsi sama urusan anak anak, dan kadang ga jadi masak sesuai rencana, justru karena bener bener ga ada waktu masak. Perlu belaja rmendelagasikan masak sama anak. Dan kalau sudah ga keburu masak, jadinya bahannya bisa membusuk 😵
Untuk action plan, saya belum buat, sebaiknya saya mulai darimana dulu ya karena rasanya kok banyak yang harus diberesin 😬


Ini tanggapan dari Mentor saya:
Pada dasarnya berbenah itu adalah kebutuhan yang personalized, jadi tdk bisa disamakan dengan yang lain.

Bagus enggaknya, efektif atau tidaknya memang harus dicobain 1/1 sampai ketemu yang klik.

ada 2 cara menentukan mana duku yang harus dikerjakan :

  1. dr yang paling mudah
  2. dr yang paling sulit

Ini yg tau juga teh Elma sendiri, mana yang lebih ingin dibereskan lebih dulu.

yang selama ini saya tau kategori dapur dibagi menjadi :

  1. Alat masak (Panci2, Sutil, Kompor & yang berkaitan untuk kegiatan memasak)
  2. Alat makan (Piring, sendok, dan alat penyimpanan makanan)
  3. Pantry (Berhubungan dengan penyimpanan stock bahan makanan)
  4. Kulkas
  5. Meja Makan
  6. Hoby & lain2 (Berhubungan dengan alat dapur non essensial spt Oven, loyang, baking pan dll).

Untuk mealplan memang harusnya dikomunikasikan dengan seluruh anggota keluarga. buat kesepakatan agar mengikuti mealplan yang telah dibuat. Menyediakan waktu untuk masak, juga bisa dipertimbangkan lagi teh, benar2 perlu atau tidak.
ini ada kaitannya dengan prioritas juga.
Jika memang dr awal tdk diprioritaskan, kita bisa saja beralasan “tdk ada waktu” jika sedang tdk sempat.

mungkin teh elma bisa buat dulu skala prioritas harian terlebih dahulu.
cari tau, memasak berada di urutan keberapa.
klau memang ternyata urusan perdapuran bukan menjadi prioritas, brrti mulai fokus memperbaiki kebiasaan dlu.
yang kecil2 aja dulu, spt meletakkan piring di Sink setelah makan, mengelap dapur setelah memasak, rutin mengevaluasi selera makan keluarga dst.
krn klopun skrg melakukan declutterng tp tdk dibarengi dengan kebiasaan baik, nnti rapinya tidak berhan lama.

Obrolan yang jleb jleb buat saya. Insya Allah habis ini masih berlanjut lagi obrolan saling terbuka setelah sebelumnya foto dapur saya setelah hectic pagi, hehehe.

Tinggalkan komentar